Cara Memperbaiki Charger HP
14:28
0
“Memperbaiki charger HP? Untuk apa? Kalau rusak buang saja, harganya kan murah...”
Jika segala sesuatu ukurannya selalu tentang harga dan uang tentu saja akan ada perkataan seperti itu. Tetapi apabila yang dikedepankan adalah ilmu, pelajaran dan pengalaman khas di dalam bidang elektronika maka perkataan seperti itu tentu tidak akan ada.
Sistem charger HP (hand-phone) atau perangkat seluler.
Dahulu, di awal beredarnya HP di Indonesia kebanyakan charger HP menerapkan sistem transformator daya kecil dengan dioda-dioda penyearahnya (sistem penyearahan gelombang penuh pada frekwensi listrik 50-60Hz).
Namun dalam perkembangannya trend kemudian berganti. Kini, rata-rata charger HP atau perangkat seluler sudah menerapkan sistem “switching-mode power-supply” (SMPS).
SMPS adalah sistem power-supply yang lebih efisien dibandingkan dengan sistem penggunaan transformator daya konvensional 50-60Hz.
Pada dasarnya SMPS adalah rangkaian yang berosilasi pada frekwensi tinggi (beberapa puluh kHz atau bahkan lebih). Hasil osilasi itu berupa sinyal sinus yang cukup kuat, kemudian ditransfer oleh sebuah transformator berinti ferit sebagai tegangan keluaran sekunder. Tegangan itu berbentuk AC, lalu disearahkan oleh dioda dan diratakan oleh sebuah kondensator perata, maka tegangan inilah yang kemudian dijadikan sebagai tegangan output DC (Vout) untuk digunakan sesuai keperluannya.
Kerusakan umum charger HP.
Di antara kerusakan yang umumnya sering terjadi adalah :
1.Tegangan output ada (lampu indikator menyala) tetapi ketika dipakai charging tegangan menjadi drop, di HP terlihat pemberitahuan bahwa charging terputus lalu berganti dengan charging tersambung, lalu berganti lagi terputus (terus menerus berganti-ganti).
2.Mati total (lampu indikator tidak menyala).
Kerusakan pada poin pertama bisa disebabkan dua hal : kabel yang sudah jelek atau ada elco di dalam rangkaian SMPS yang sudah rusak/kering.
Kabel penghubung antara charger dengan HP apabila sudah jelek bisa menyebabkan hal seperti itu. Sebaiknya kabel dilepas lalu diperiksa kedua bagian kabel di dalamnya dengan menggunakan Ohm-meter X1 atau X10, apakah ada salah-satunya yang kadang tersambung kadang tidak. Sambil menempelkan kedua tuas tester pada setiap bagian ujung dari satu bagian kabel dalam, kabel itu digoyang-goyangkan atau ditarik-ulur agar jelas bahwa di bagian itu memang kadang tersambung kadang tidak.
Apabila ternyata masih tersambung meskipun sudah digoyang-goyangkan atau ditarik-ulur, maka pemeriksaan dilakukan terhadap bagian kabel dalam yang satunya lagi dengan cara seperti itu juga.
Apabila kabel ternyata memang sudah jelek maka diganti dengan yang masih baik.
Apabila ternyata masih bagus maka pemeriksaan dilakukan ke tahap berikutnya.
Elco yang rusak juga bisa menyebabkan gejala seperti yang disebutkan di atas. Yang paling sering rusak adalah elco C1 (biasanya berkapasitas 2,2µF/400V). Elco yang rusak secara fisik akan terlihat bagian atasnya menggelembung (gendut) atau bagian bawahnya (setelah dicabut) terlihat ada kotoran bekas cairan elektrolit elco yang bocor keluar dan telah mengering. Tetapi agar lebih pasti sebaiknya elco ini dicabut dan ditest dengan AVO-meter.
Ketika melakukan penggantian terhadap C1 sebaiknya C2 juga diganti (nilai kapasitasnya antara 0,33...1µF/50V).
C5 juga mungkin saja rusak. Kerusakan umum C5 adalah kapasitasnya yang menyusut akibat cairan elektrolit di dalamnya sudah mulai mengering atau tidak berfungsi sama sekali. Kerusakan C5 akan berakibat turunnya tegangan output (Vout) sehingga proses charging menjadi tidak stabil.
Kerusakan pada poin kedua bisa disebabkan bermacam-macam hal, antara lain : Kabel putus di dalam, R1 atau R2 rusak (putus), trf1 rusak atau rusaknya T2 beserta komponen-komponen lainnya.
R1 yang nilainya 1Ω/0,25W biasanya rentan rusak karena ia juga berfungsi sebagai fuse. Resistor itu bisa langsung ditest tanpa harus mencabutnya dengan AVO-meter pada posisi Ohm X1.
R2 yang putus harus ditest dengan mencabutnya terlebih dahulu dari rangkaian, lalu dilakukan pengetesan dengan menggunakan AVO-meter pada posisi Ohm X100k, pastikan bahwa ia tidak putus atau nilainya tidak melenceng jauh.
Apabila R2 ternyata tidak rusak, kemungkinan kerusakan pada T2.
Rusaknya T2 biasanya disertai dengan kerusakan pada komponen-komponen yang lain seperti R1, R5, R6, Z1 atau sering juga D1...D4 dan T1 ikut rusak. Komponen-komponen itu perlu ditest satu-persatu. Yang sudah rusak diganti dengan yang masih baik dan yang masih bagus dikembalikan ke posisinya semula.
Jika semua komponen itu sudah dipastikan tidak ada yang rusak tetapi charger masih belum berfungsi secara normal (Vout tidak ada), maka kemungkinan paling besar selanjutnya adalah bahwa trf1 sudah rusak. Gantilah dengan tipe yang sama yang masih berfungsi normal (hasil cabutan atau lainnya). Perhatikanlah pola susunan sambungan dari pin-pin-nya harus sama (lihat gambar rangkaian di atas), sebab transformator ferit seperti ini tidak semuanya berpola sama meskipun secara fisik bentuknya mirip.
Tags: